Blog ini merupakan media informasi dan komunikasi bagi sahabat, teman serta saudara-saudara saya yang berada nun-jauh disana. Salam buat semua...!



Product ...

Services ...

Other things ...



paricara

majalah-soerat

perempuan maju

lukman choy

lukman_alislam

alislam po

daruttaibin

nahdhatul ulama

gp-ansor

gusdur

gusmus

pb-pmii

ikapmii_ta

pmii_ta

dimensi

peradaban-Islm

wacana-kita

spiritia

aids

aids-indo

vhr

migrant-care

bnp2tki

ilo

unicef

pkpa

bloggerpeduli

yahoo-news

y3pp33

surya

republika

ratu

gadis

okezone

lintasberita

kompas

kompascetak

kapanlagi

kabar indo

j-post

surabaya

detik.com

berita-jatim

antara

Sapa Hari-Harimu Dengan Senyuman



IP

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Tulungagung, Jawatimur, Indonesia

Aku akan jadikan setiap langkahku sebagai sesuatu yang berharga


Profil Facebook Lukman Hakim Romli







26 Juta Anak Terlanggar Haknya

Susahnya minta ampun




Downloads
Technology News
Templates
Web Hosting
Articles
Games
Blogger
Google
Yahoo
Friendster
Freetemplates
Btemplates
Blogger-templete
Gudanglagu
Lagu Download



Blogger

FinalSense

Amazon

Yahoo

Ebay

Catatan Shared via Add-This
Bookmark and Share
Bookmark and Share

HTML hit counter - Quick-counter.net Counter Powered by  RedCounter powered by PRBbutton blogarama - the blog directory Web Site Hit Counters
Website Hit Counter free counters Locations of visitors to this page


widgets

<$Setiap Orang Berhak Menentukan Nasibnya Sendiri$>
Hak Politik TKI Kerap Terabaikan

Tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang kerap mendapat julukan 'pahlawan devisa' semakin terpinggirkan. Bahkan, sejumlah TKI mengaku telah kehilangan hak pilihnya karena kelalaian penyelenggara pemilu. Mantan TKI Elly Anita di Jakarta, kemarin, menceritakan telah kehilangan hak pilih pada Pemilu 1999 dan 2004.

Pada Pemilu 1999 saya di Malaysia sebagai baby sitter. Pada Pemilu 2004 saya di Bahrain bekerja dikafe. Saya tidak bisa ikut di 2 pemilu itu, kata dia pada dialog bertema “Mendorong pemenuhan hak politik buruh migran dalam Pemilu 2009” di Jakarta, kemarin.

Pada 1999, ia mengaku tidak mendapat informasi dari pihak kedutaan besar ataupun Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) dan hanya mengetahui dari TV. Tetapi, dirinya tidak berani meminta izin kepada majikannya untuk menggunakan hak pilihnya. Pada 2004, lagi-lagi ia tidak mendapat informasi apa pun dari kedutaan ataupun PPLN dan terkejut ketika mengetahui telah terjadi pergantian Presiden RI saat pulang ke Tanah Air. Sedangkan Intan Nisarah, seorang mantan pembantu rumah tangga di Arab Saudi, mengaku mengetahui bahwa ada Pemilu 2004 setelah kembali ke tanah air. Tidak ada informasi sama sekali dari kedutaan ataupun PPLN, apa lagi sampai didatangi petugas pendataan pemilu, katanya.

Direktur Migrant Care Anis Hidayah menambahkan, jumlah daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2009 yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) semakin memperlihatkan pengabaian hak politik buruh migran Indonesia di luar negeri.DPT di luar negeri hanya 1.509.892 orang. Padahal warga negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri mencapai 6,5 juta orang dan sebagian besar buruh migran, kata dia. Dia juga mempertanyakan jumlah DPT di luar negeri untuk Pemilu 2009 yang berkurang dibandingkan Pemilu 2004 yang mencapai 1,9 juta pemilih. Kecilnya jumlah DPT luar negeri ini memperlihatkan KPU tidak serius memperhatikan hak-hak pemilih WNI di luar negeri. Padahal, KPU telah melakukan serangkaian perjalanan ke luar negeri yang menghabiskan dana miliaran rupiah, katanya.

Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary mengaku kemungkinan banyak pemilih yang belum terdaftar. Pasalnya, waktu penetapan DPT sudah mendesak. Pasti masih banyak yang belum terdaftar. Mungkin karena tidak datang saat pendataan, atau penduduk yang tidak menetap. Memang sudah ada permintaan dari luar negeri untuk pengunduran waktu penentuan DPT, ujarnya.Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Wirdyaningsih mengatakan, kesalahan tidak bisa sepenuhnya ditimpakan kepada KPU. Ada faktor lain dari luar negeri yang juga menyulitkan kami. Seperti lokasi yang sangat tersebar, aturan negara setempat juga karakter negara, dukungan administratif dan anggaran, komunikasi diplomatik yang terkadang sulit, serta kinerja pemenuhan target pendaftar, ujarnya. (Migrant Care)