Blog ini merupakan media informasi dan komunikasi bagi sahabat, teman serta saudara-saudara saya yang berada nun-jauh disana. Salam buat semua...!



Product ...

Services ...

Other things ...



paricara

majalah-soerat

perempuan maju

lukman choy

lukman_alislam

alislam po

daruttaibin

nahdhatul ulama

gp-ansor

gusdur

gusmus

pb-pmii

ikapmii_ta

pmii_ta

dimensi

peradaban-Islm

wacana-kita

spiritia

aids

aids-indo

vhr

migrant-care

bnp2tki

ilo

unicef

pkpa

bloggerpeduli

yahoo-news

y3pp33

surya

republika

ratu

gadis

okezone

lintasberita

kompas

kompascetak

kapanlagi

kabar indo

j-post

surabaya

detik.com

berita-jatim

antara

Sapa Hari-Harimu Dengan Senyuman



IP

<$Setiap Orang Berhak Menentukan Nasibnya Sendiri$>
Satu lagi, Buruh Migrant Menjadi Korban Kekejaman Majikan
Kabar duka kembali me­nimpa pahlawan devisa asal Tulungagung. Indri Mul­yati, 28, dilaporkan tewas di Sarqiah, Al-Jubeil, Arab Saudi. Buruh Migrant Permpuan warga Dusun Salam, Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, itu diduga tewas karena dihajar majikannya bernama Hamat Aedh Al Syamri.
Indri Mulyati, warga Dusun Salam, Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, Tulungagung, dikabarkan tewas saat di Arab Saudi. Wanita 28 tahun itu meninggal akibat mengalami kekerasan sang majikan.
Kabar kematian Indri Mulyati membuat Suryanto (suaminya) menjadi syok. Saat ditemui di rumahnya di Dusun Salam, Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, kondisi pria bertubuh kurus itu memprihatinkan. Dia mengalami tekanan mental (depresi). Ayah dari Rahma Maulida itu juga sakit.
Suryanto mengaku terpukul dengan kabar ke­matian perempuan yang dinikahinya pada 2003 itu. Apalagi, kematian istrinya diduga karena kekerasan yang dilakukan majikan. Punggung perempuan kelahiran Ponggok, Kabupaten Blitar itu dipukul kayu oleh ma­jikan yang be­rada Sarqiah, Al Jubail, Arab Saudi.
“Saya menerima kabar tentang istri saya sekitar pukul 10.00 kemarin. Yakni ditelepon oleh rekan kerja istri saya sesama TKW dari Jawa Barat,” ucap Suryanto dengan nada ter­bata-bata. Suryanto menuturkan, dalam telepon, TKW asal Jawa Barat tersebut memastikan apakah benar memiliki istri bernama Ani yang be­kerja di Sarqiah, Al Jubail, Arab Saudi. “Awalnya saya bilang tidak. Karena dia bilang istri saya bernama Ani bukan Indri Mul­yati. Tapi setelah dia menerangkan bah­wa Ani memiliki suami bernama Suryanto, warga Dusun Salam, Desa Notorejo, lang­sung saya benarkan informasi tersebut”  ucapnya.
Mendapat kabar itu, dirinya langsung le­mas. Apalagi TKW asal Jawa Barat itu mem­beri keterangan bahwa istrinya tewas karena bentrok dengan majikannya bernama Hamat Aedh Al Syamri. Majikan tersebut memu­kulkan kayu ke punggung istrinya.
“Wah saya nggak kuat mikir, istri saya tewas disebabkan hal yang saya kurang tahu. Pasalnya, semua itu berda­sar­kan telepon. Pokoknya saya ha­nya meminta agar istri saya di­pulangkan ke sini baik hidup atau mati,” katanya dengan menun­jukkan foto istrinya.
Suryanto melanjutkan, berda­sarkan informasi yang dia terima, istrinya tewas pada hari Rabu 19 Agustus lalu. Namun, informasi itu baru dia terima pada 24 Agus­tus. “Mendapatkan kabar itu, langsung saya laporkan ke ke­pala desa. Setelah dicek kepala desa, ternyata informasi itu be­nar,” terang Suryanto.
Masih menurut Suryanto, istri­nya berada di Arab Saudi sekitar 3 bulan 20 hari. “Dia berangkat dari Tulungagung ke Arab pada 9 Juli. Bahkan dia minta doa kepada saya agar segera dapat kirim uang,” katanya.
Suryanto menambahkan, sebe­lum diterimanya kabar tersebut dia sempat mendapatkan firasat melalui mimpi. Dalam mimpi, dirinya salat berjamaah dengan istrinya di Mekkah. “Dalam mim­pi saya, tiba-tiba dia menghilang di balik padang pasir,” ujarnya.
Orang tua Suryanto bernama Jarlah, 55, mengata­kan, pihaknya juga sudah koordinasi dengan Agen Jasa Penyedia Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang memberangkatkan Indri Mulyati. Perwakilan PJTKI berada di Desa Pakel, Kecamatan Ngantru.
“Kami sudah melaporkan kepada PJTKI. Katanya semuanya akan ditanggung oleh pihak Arab Saudi. Nantinya juga mendapatkan santunan Rp 1 juta,” kata Jarlah sambil menitihkan air mata. Jarlah mengatakan, dirinya berharap agar pe­me­rintah ikut menyelesaikan masalah ini. “Kami orang desa, nggak ngerti masalah ngurus-ngurus hal itu,” kata Jarlah. Begitu sayang Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertras) Tulungagung belum merespon mengenai hal tersebut. (Tri_RaTu agustus 2009)