Blog ini merupakan media informasi dan komunikasi bagi sahabat, teman serta saudara-saudara saya yang berada nun-jauh disana. Salam buat semua...!



Product ...

Services ...

Other things ...



paricara

majalah-soerat

perempuan maju

lukman choy

lukman_alislam

alislam po

daruttaibin

nahdhatul ulama

gp-ansor

gusdur

gusmus

pb-pmii

ikapmii_ta

pmii_ta

dimensi

peradaban-Islm

wacana-kita

spiritia

aids

aids-indo

vhr

migrant-care

bnp2tki

ilo

unicef

pkpa

bloggerpeduli

yahoo-news

y3pp33

surya

republika

ratu

gadis

okezone

lintasberita

kompas

kompascetak

kapanlagi

kabar indo

j-post

surabaya

detik.com

berita-jatim

antara

Sapa Hari-Harimu Dengan Senyuman



IP

<$Setiap Orang Berhak Menentukan Nasibnya Sendiri$>
Pesantren Daruttaibin Gelar Pelatihan Jurnalistik
Pondok pesantren Al-Islami Assalafi Daruttaibin, Campurdarat melakukan kegiatan alternatif dalam mengisi kegatan pondok Ramadan. Para santri biasanya hanya diajari ngaji kitab kuning dan sorokan alquran. Tetapi, kemarin (23/08) sebanyak 30 santri putra dan putri mengikuti Pelatihan jurnalitik. Pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan kerjabareng Pondok Pesantren Al-Islami Assalafi Daruttaibi dengan Radar Tulungagung dilaksanakan sekitar pukul 10.00 sampai 12.00 wib.
Pelatihan ini diawali dengan sambutan ketua panitia dan dilanjutkan sambutan pengasuh sekaligus membuka kegiatan yang di sampaikan langsung oleh beliau KH. Moh. Damanhuri Risya. setelah acara pembukaan disepenuhnya diserahkan kepada pemateri.
Dalam Pelatihan tersebut, Redaktur Radar Tulungagung Aris Hariyanto memberikan beberapa materi. Diantaranya, menulis berita, tipe-tipe wartawan, dan bagaimana teknik wawancara. Aris menyebutkan, seorang wartawan selain dituntut bisa membuat berita menarik, juga harus menyajikan berita esklusif. Dan untuk bisa mencari berita-berita esklusif, seorang wartawan harus mempunyai jaringan, serta mempunyai ide-ide yang berbeda dengan wartawan lain.
Diklat yang berlangsung dua jam ini, terjadi proses dialog yang cukup gayeng. Begitu, Aris Hariyanto memberikan waktu untuk bertanya, para santri sangat antusias bertanya. Para santri sebagian besar bertanya tentang bagaimana menjadi wartawan yang professional.
Selain itu, mereka juga bertanya bagaimana mendapatkan engel menarik, ketika usai wawancara dari lapangan. “Terkadang, seorang wartawan sudah wawancara banyak, tapi begitu masuk ke kantor, dia kesulitan menulis, bagaimana cara menghindari hal tersebut?,” Tanya salah satu santri.
Mendapat jawaban tersebut, Aris menyatakan, di jawa pos ada rukun iman jawa pos. diantaranya, ketokohan, kedekatan, terkini atau paling gress. “Dan wartawan harus mencari, mana yang menarik,” katanya.
Aris juga menjelaskan, seorang wartawan harus dituntut berani dalam mengungkap sebuah fakta yang terkadang tidak terungkap dalam kenyataan. “Seorang wartawan boleh bersimpatik, tapi jangan sampai terbawa emosi,” katanya.
Aris menambahkan, seorang jurnalis diharapkan independent. Meski terkadang, independent tersebut sangat sulit. “Kita harus melihat situasi dan kondisi, contohnya, ketika Negara kita diserang, maka seorang jurnalis bisa menulis sesuai keinginan Negara,”ujarnya.
Sementara itu, Ketua panitia pelatihan Jurnalistik Pesantren Assalafi Daruttaibin, Ahmad Safi’I menyatakan, latar belakang diadakan diklat jurnalistik ini adalah agar eksistensi para santri semakin eksis. Sebab, tidak jarang para santri dianggap sebelah mata dalam eksistensi di masyarakat. Karena itu dengan kegiatan pelatihan jurnalistik, maka para santri bisa menambah wawasan. Sehingga meningkatkan kapasitas santri dan mengkoordinasikan dengan pihak yang berkepentingan dalam proses pembelajaran. Kedua, santri semakin aktif dan partisipatif dalam pengembangan media jurnalistik di pesantren. “Kami berharap setelah diklat ini mereka bisa mengisi majalah dinding sebagai mengembangkan sarana pesantren,” katanya.
Satu lagi, Buruh Migrant Menjadi Korban Kekejaman Majikan
Kabar duka kembali me­nimpa pahlawan devisa asal Tulungagung. Indri Mul­yati, 28, dilaporkan tewas di Sarqiah, Al-Jubeil, Arab Saudi. Buruh Migrant Permpuan warga Dusun Salam, Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, itu diduga tewas karena dihajar majikannya bernama Hamat Aedh Al Syamri.
Indri Mulyati, warga Dusun Salam, Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, Tulungagung, dikabarkan tewas saat di Arab Saudi. Wanita 28 tahun itu meninggal akibat mengalami kekerasan sang majikan.
Kabar kematian Indri Mulyati membuat Suryanto (suaminya) menjadi syok. Saat ditemui di rumahnya di Dusun Salam, Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, kondisi pria bertubuh kurus itu memprihatinkan. Dia mengalami tekanan mental (depresi). Ayah dari Rahma Maulida itu juga sakit.
Suryanto mengaku terpukul dengan kabar ke­matian perempuan yang dinikahinya pada 2003 itu. Apalagi, kematian istrinya diduga karena kekerasan yang dilakukan majikan. Punggung perempuan kelahiran Ponggok, Kabupaten Blitar itu dipukul kayu oleh ma­jikan yang be­rada Sarqiah, Al Jubail, Arab Saudi.
“Saya menerima kabar tentang istri saya sekitar pukul 10.00 kemarin. Yakni ditelepon oleh rekan kerja istri saya sesama TKW dari Jawa Barat,” ucap Suryanto dengan nada ter­bata-bata. Suryanto menuturkan, dalam telepon, TKW asal Jawa Barat tersebut memastikan apakah benar memiliki istri bernama Ani yang be­kerja di Sarqiah, Al Jubail, Arab Saudi. “Awalnya saya bilang tidak. Karena dia bilang istri saya bernama Ani bukan Indri Mul­yati. Tapi setelah dia menerangkan bah­wa Ani memiliki suami bernama Suryanto, warga Dusun Salam, Desa Notorejo, lang­sung saya benarkan informasi tersebut”  ucapnya.
Mendapat kabar itu, dirinya langsung le­mas. Apalagi TKW asal Jawa Barat itu mem­beri keterangan bahwa istrinya tewas karena bentrok dengan majikannya bernama Hamat Aedh Al Syamri. Majikan tersebut memu­kulkan kayu ke punggung istrinya.
“Wah saya nggak kuat mikir, istri saya tewas disebabkan hal yang saya kurang tahu. Pasalnya, semua itu berda­sar­kan telepon. Pokoknya saya ha­nya meminta agar istri saya di­pulangkan ke sini baik hidup atau mati,” katanya dengan menun­jukkan foto istrinya.
Suryanto melanjutkan, berda­sarkan informasi yang dia terima, istrinya tewas pada hari Rabu 19 Agustus lalu. Namun, informasi itu baru dia terima pada 24 Agus­tus. “Mendapatkan kabar itu, langsung saya laporkan ke ke­pala desa. Setelah dicek kepala desa, ternyata informasi itu be­nar,” terang Suryanto.
Masih menurut Suryanto, istri­nya berada di Arab Saudi sekitar 3 bulan 20 hari. “Dia berangkat dari Tulungagung ke Arab pada 9 Juli. Bahkan dia minta doa kepada saya agar segera dapat kirim uang,” katanya.
Suryanto menambahkan, sebe­lum diterimanya kabar tersebut dia sempat mendapatkan firasat melalui mimpi. Dalam mimpi, dirinya salat berjamaah dengan istrinya di Mekkah. “Dalam mim­pi saya, tiba-tiba dia menghilang di balik padang pasir,” ujarnya.
Orang tua Suryanto bernama Jarlah, 55, mengata­kan, pihaknya juga sudah koordinasi dengan Agen Jasa Penyedia Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang memberangkatkan Indri Mulyati. Perwakilan PJTKI berada di Desa Pakel, Kecamatan Ngantru.
“Kami sudah melaporkan kepada PJTKI. Katanya semuanya akan ditanggung oleh pihak Arab Saudi. Nantinya juga mendapatkan santunan Rp 1 juta,” kata Jarlah sambil menitihkan air mata. Jarlah mengatakan, dirinya berharap agar pe­me­rintah ikut menyelesaikan masalah ini. “Kami orang desa, nggak ngerti masalah ngurus-ngurus hal itu,” kata Jarlah. Begitu sayang Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertras) Tulungagung belum merespon mengenai hal tersebut. (Tri_RaTu agustus 2009)
<$Setiap Orang Berhak Menentukan Nasibnya Sendiri$>
Menggalang Kebersamaan Perjuangan Masyarakat Lewat Pendidikan Anak Usia Dini

Belum lama ini terdapat taman kanak-kanak (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD) Hidayatut Thullaab yang berada di desa Banjarsari Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung. Lembaga pendidikan ini baru di buka pada awal pendidikan ajaran tahun baru ini, pada tanggal 13 juli 2009. “meski masih baru buka, lembaga pendidikan ini mendapat sambutan yang sangat hangat dari masyarakat” jelas amar selaku direktur lembaga pendidikan hidaayatut thullaab ini.

Walaupun masih buka perdana, TK dan PAUD ini sudah mempunyai 25 anak yang mendaftar sebagai siswa dan siswi. “saat ini terdapat 15 anak yang duduk di Taman kanak-kanak dan 10 anak yang mengikuti PAUD” terang amar. Amar menjelaskan dukungan masyarakat sangat besar atas berdirinya lembaga pendidikan ini, “pemdidikan ini didirikan murni dari keinginan masyarakat, yang mana ingin ada lembaga pendidikan yang berada di desa banjarsari ini” jelas amar.

Saat ini didesa banjarsari ada 2 Taman Kanak-Kanak (TK) dari darma wanita semuanya, meski demikian belum ada Paudnya. "kita merasa sangat terimakasih sekali dengan adanya TK dan PAUD, karena didesa ini baru di Hidayatut Thullab ini yang ada PAUD-nya” ungkap Ahmad Tajuddin yang kebetulan dari salah satu wali murid dan selaku salah satu anggota BPD desa banjarsari. Menurutnya “perjuangan ini harus didukung oleh semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah” tambah tajuddin sapaan akrabnya.

Sementara TK dan PAUD ini di kelola oleh tenaga pendidik yang nota benenya adalah pemudi-pemudi dari desa setempat “yang menarik adalah bentuk partisipasi dari masyarakat masih berupa support, kita terkendala dengan donatur, jadi tenaga pendidiknya masih menjadi voulentir” sela amar saat tim berdiskusi dengan salah satu wali murid. Harapan kedepan “kita akan carikan donatur yang lebih banyak untuk mengembangkan lembaga pendidikan ini” tambah amar sambil mengajak canda.

Hal inilah yang menjadikan salah satu dari tenaga pendidik sangat tertarik dan menikmati tantangan baru menjadi tenaga pendidik di TK dan PAUD Hidaayatutthullab. Sebut saja Fitri satu-satunya tenaga pendidik yang berasal dari luar kota, yaitu dari desa Ngronggo Kediri, ia mengaku sangat tertantang untuk terlibat dalam membangun dan mengembangkan TK dan PAUD tersebut. “ya… namanya juga masih babat (mulai berdiri/ ada), jadi semuanya harus menjadi pembelajaran bagi kita semua, dan ini menjadi tantangan baru bagi saya” ujar fitri.

Tak heran jika TK dan paud ini juga di ikuti oleh anak-anak dari perangkat desa maupun stake holder masyarakat, ada juga yang datang dari desa tetangga sebelah. Amar menambahkan “di lembaga pendidikan ini ada juga anak dari aparat desa maupun Stake Holder masyarakat salah satunya adalah anak Kepala Desa Bajarsari, ada juga 1 anak dari desa tetangga yaitu Desa Batokan” terang amar.

Memulai Bersama Masyarakat

Semangat mendirikan TK dan PAUD ini adalah bermula dari kesamaan pandangan masyarakat tentang tidak adanya TK dan PAUD yang berlatar belakangkan pendidikan islam. “bila melihat potensi daerah Ngantru melalui jalur utama Trans Tulungagung-Kediri ini tidak ada lembaga pendidikan islam, maka lembaga pendidikan ini sebagai inisiasi untuk menatap masa depan masyarakat ngantru bersama” jelas Jimmy sebutan sehari-hari yang punya nama lengkap Rokhimi salah satu pengurus KPMD yang juga inisiator berdirinya TK dan PAUD Hidayatutthullaab.

Bermula dari semangat ini kemudian disosialisasikan kepada masyarakat yang kebetulan didesa Banjarsari ada Jama`ah Waqi`ah untuk tempat sosialisasi. Melalui Jama`ah Waqi`ah ini masyarakat di ajak untuk mendirikan sebuah tempat pendidikan anak-anak dan semua sepakat untuk mendukungnya sebagaimana yang diungkapkan oleh Amar “semua masyarakat menyatakan siap menyupport baik secara moral maupun material” jelas amar.

Kemudian Amar beserta asosiasi KPMD-nya melakukan interveu kepada seluruh masyarakat yang mempunyai anak. Pada kesempatan lain mengumpulkan Stake Holder masyarakat diajak menggagas bersama untuk mendirikan lembaga pendidikan anak-anak. “setelah semua masyarakat dan wali murid sepakat kemudian kita buat pamflet dan kita sebarkan kepada seluruh masyarakat untuk sosialisasi” jelas amar dengan semangat yang menggebu-gebu.

Hal ini juga diperkuat oleh Jimmy tentang pengelolaan TK dan PAUD ini, menurut dia apapun yang terkait dengan operasional lembaga pendidkan semua atas kesepakatan Wali Murid dan Stake Holder masyarakat “dalam operasional sekolah baik sarana maupun kebutuhan anak-anak semua berdasarkan kesepakatan walimurid dan Stake Holder, setelah melalui musyawaroh bersama-sama” terang Jimmi.

Dia menambahkan “untuk kesepakatan sementara dalam 2 minggu anak di kasih sarapan 2 kali, selebihnya anak-anak dikasih snack, toh ini juga sebagai bentuk kepedulian orang tua terhadap anaknya” tambah Jimmy. Jadi semua aturan yang melingkupi sekolah pasti dimulai dari rembuk baik Wali Murid maupun Stake Holder masyarakat dan kesepakatan bersama.

Belajar Merangkai Cita-Cita Bersama

Dikarenakan belum ada lembaga yang memadai untuk membawahi TK dan PAUD ini maka, asosiasi KPMD sebagai organisasi strategis, untuk menjadi motor penggerak berdirinya lembaga pendidikan Hidaayatutthullaab. Jimmy selaku pengurus KPMD menjelaskan “berdasarkan aturan yang mana sebuah lembaga pendidikan harus ada lembaga yang membawahinya, maka KPMD-lah yang dijadikan motor penggerak didirikanya lembaga pendidikan ini” jelas jimmy.

Untuk sementara masalah ijin pendirian TK dan PAUD Hidaayatutthullab masih dalam proses, namun proses belajar mengajarnya terus berjalan, amar menjelaskan “sekarang kita proses perijinanya ke Dinas Pendidikan tentunya bersama-sama asosiasi KPMD” Amar menambahkan “berenang sambil minum air, jadi proses belajar anak tetap berjalan sambil mengurus ijin pendidikanya” tambah Amar.

Adapun harapan masyarakat akan pendidikan ini adalah untuk mendidik anak-anaknya agar bertambah pengetahuan agamanya sebagai modal untuk menghadapi masa depan di era globalisasi ini. Demikian yang dibeberkan Amar Visi TK dan PAUD Hidaayatutthullaab “mencetak generasi islam yang cerdas, terampil dan berakhlaqulkarimah untuk menyongsong masa depan yang gemilang” beber amar.

Sedangkan misinya adalah “menjalin persatuan dan kesatuan serta kebersamaan antara sekolah dan masyarakat untuk mewujudkan sekolah yang mampu menyiapkan generasi Islam pada masa era globalisasi” jelas Amar sambil membacakan buku visi dan misi lembaga pendidikan TK dan PAUD Hidaayatutthullabnya. PAUD ini juga merupakan terobosan pendidikan bagi masyarakat “pendidikan ini juga merupakan pendidikan kaderisasi alternatif untuk masyarakat” tambah Amar

Oleh sebab itu keberlangsungan lembaga pendidikan ini tidak boleh lepas dari dukungan semua fihak baik masyarakat maupun pemerintah. Dengan harapan besar tempat pendidikan ini nanti juga dijadikan tempat pendidikan masyarakat “harapan nantinya tempat ini akan kita jadikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), sambil menunggu dan memantau anaknya sekolah masyarakat bisa baca-baca buku literatur yang telah disediakan” tambah amar.

Dengan harapan inilah nantinya masyarakat diajak berfikir demi keberlangsungan masa depan anak cucunya, sehingga setiap kali membutuhkan kebijakan baru di sekolah, mereka semua diajak musyawaroh untuk mengembangkan pendidikanya. Jimmy menjelaskan “saat ini yang kita butuhkan adalah pengetahuan tentang cara mendidk anak yang lebih baik dan efisien” terang Jimmy.

Sebagaimana yang diharapkan Jimmi, Amar pun menegaskan bahwa lembaga pendidikan ini masih dalam tahap pembelajaran, jadi masih sangat butuh pengetahuan dari orang lain yang lebih kompeten dalam bidang pendidikan anak-anak “semoga ke depan TK dan PAUD ini bisa mandiri, yang paling mendesak hari ini adalah kita membutuhkan bantuan moril dan pengetahuan dari orang-orang yang sudah mahir” tegas amar.

Berjuang Untuk Memerdekakan Diri Dari Kemiskinan

Walau hidup dalam kekurangan tidak membuat keluarga kameni mengeluh atas nasib yang mereka alami. Hidup dalam kekurangan justru menjadikanya tegar tak pernah mengeluh pantang menyerah pada keadaan ” yang pasti bagaimana menjalani hidup ini dengan apa adanya tanpa bergantung pada orang lain” tegas meni sapaan akrabnya sehari-hari.

Sehari-harinya kameni bekerja sebagai penggali dan pemecah batu didekat rumahnya untuk melayani pesanan kebutuhan bangunan. Ayah 5 anak ini seumur hidupnya harus menggali dan memecah batu untuk menghidupi seluruh keluarganya. Kameni berujar ” walau demikian kalau kita mau berusaha pasti akan tetap bisa makan juga” jelasnya.

Keluarga kameni tinggal di dusun gemblung desa tanggung kecamatan campurdarat tulungagung di sekitar lereng bukit budek. Saat ini ia tinggal bersama anaknya yang masih sekolah masing-masing kelas V SD dan kelas II SMP serta cucunya anak pasangan dari maryanti dan anang widiyanto putri kameni yang saat ini sudah keluarga. Sambil menggendong cucunya ia menceritakan kedua anaknya (anak no 2 dan 3) yang saat ini bekerja menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negeri Malaysia.

Dalam pemberangkatanya ia mengalami kendala biaya sehingga harus rela potong gaji untuk bisa berangkat “dua anak saya yang lain sekarang bekerja ke luar negeri, dan masih 1 tahun, jadi belum bisa kirim uang, maklum.. sistemnya potong gaji, dikarenakan biaya pemberangkatanya mahal jadi ya harus potong gaji” keluh kameni. Kedua anaknya bekerja keluar negeri sebenarnya hanya tamat sekolah tingkat SD “itupun untung bisa berangkat lha wong.. Cuma tamatan SD” tambah kameni.

Sebagaimana yang di ungkapkan kameni, jasemi isterinya menambahkan “sehari-hari kita harus nyicil memecah batu untuk persiapan pesanan yang lain” jelas jasemi. Bekerja sebagai pemecah batu dibutuhkan 1 bulan untuk dapat satu rit ledok (kendaraan diesel) “itupun belum tentu langsung laku, namun kadang menunggu 1 hingga 3 bulan baru bisa laku” tambah jasemi sambil senyum.

Satu rit koral batu pecahan jasemi dan kameni di hargai Rp.180.000, bila dipikir pendapatan itu dalam 1 bulan, maka keluarga kameni hanya bisa di buat untuk makan saja. Belum lagi biaya sekolah anaknya dan biaya kesehatan keluarganya bila terkena sakit. “kalau dipikir-pikir berapapun penghasilanya, kan tergantung manusianya untuk mengelola kebutuhanya sehari-hari” ungkap jasemi.

Selain menjadi penggali dan pemecah batu keluarga kameni juga menjadi buruh petani untuk nilai tambah penghasilanya. Karena kalau hanya mengandalkan pengasilan membelah dan memecah batu tentu tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jasemi menambahkan “kalau waktu musim hujan tiba kita di minta membantu warga sekitar yang punya lahan pertanian untuk menggarap lahan pertanianya, itupun juga musiman, jadi tidak bisa dijadikan jaminan penghasilan” jelas jasemi.

Saat ditanya apakah selama ini keluarganya pernah mendapat bantuan dari pemerintah baik modal maupun bantuan yang lainya, kameni menjawab “pernah suatu saat kita di beri sembako (beras) 15Kg tapi harus dibagi tiga kepala keluarga, keluarga saya, anak dan menantu saya, terus tetangga sebelah utara rumah saya” jelas kameni sambil menunjukkan arah yang dimaksudkan.

Mengenai bantuan lainya kameni mengaku belum pernah mendapatkan bantuan seperti dana BLT maupun Kartu Jamkesmas. “selama ini saya belum pernah dengar apa itu macam-macam bantuan, karena belum pernah menerimanya” aku kameni. Jasemi menambahkan “katanya disekolah ada bantuan untuk anak dari keluarga yang tidak mampu, namun kenyataanya anak kami sama sekali belum pernah mendapatknya” tambah jasemi.

Hal senada di ungkapkan oleh anang selaku menantu kameni yang sehari-harinya bekerja sebagai perajin batu pesanan orang lain. “keluarga kita memang belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, dan bapak (mertua) sama sekali juga tidak pernah mengeluh atas kondisi keluarganya, hal inilah yang menjadikan saya kagum atas apa yang selama ini bapak ajarkan kepada saya” terang anang menguatkan penjelasan mertuanya.

Makna Kemerdekaan Bagi Masyarakat

Kenyataan seperti yang dialami kameni menggambarkan masih ada beberapa keluarga yang belum merdeka dalam arti yang sesungguhnya. Hal inilah yang menjadikan hati seorang dokter terketuk hatinya untuk bisa membantu mengentaskan nasib yang di alami keluarga kameni. Sebut saja agus panggilan akrabnya sehari-hari, dia mengungkapkan keherananya saat tahu kameni belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.

“terus terang saya merasa heran ketika seperti keluarga bapak kameni ini tidak pernah dapat bantuan sama sekali” terang paramedis yang mempunyai nama lengkap agus utomo ini. “terlebih lagi kalau sampai belum pernah dapat dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)” jelas agus sambil menggelengkan kepalanya.

Didesa Tanggung ini dulu pernah ada program plesterisasi dan kambingisasi, namun demikian tidak sampai menyentuh keluarga kameni. “dulu pemerintah kabupaten pernah mengadakan program plesterisasi dan program kambingisasi, namun demikian sampai hari ini rumah kameni masih gedek (anyam-anyaman bambu) dan beralaskan tanah” tambah agus.

Yang menjadi masalah adalah indonesia sudah merdeka selama 64 tahun, namun demikian kontra produktif dengan apa yang dialami keluarga kameni. Keluarganya harus kehilangan hak-haknya sebagai bangsa yang merdeka. Seperti yang diungkapkan mujiono selaku peragkat desa tanggung kecamatan campurdarat ia mengaku “kondisi pak meni ini masih jauh dari angan-angan kemerdekaan yang sesungguhnya” jelas mujiono.

Pasalnya kameni masih belum mendapatkan pekerjaan yang layak, keluarganya masih kekurangan dalam mencukupi kebutuhan dasarnya sebagai manusia. “tak layak dikatakan merdeka jika sebagai warga negara belum tercukupi hak dasar manusianya baik sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan” begitulah yang disampaikan mujiono.

Mujiono menambahkan, sebenarnya masih banyak lagi keluarga di desa tanggung yang nasibnya sama seperti yang dialami keluarga kameni. “didesa ini ada sekitar kurang lebih 100 kepala keluarga yang masuk dalam kategori keluarga miskin, namun demikian belum semuanya dapat bantuan seperti yang dialami keluarga kameni” tambah mujiono.

Perlu Tindakan Nyata Pemerintah

Sebuah negara yang telah merdeka selama 64 tahun, seharusnya merdeka dari kemiskinan, namun yang kini terjadi justru sebaliknya. Sejak teks Proklamasi kemerdekaan dibacakan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945, negara ini terus-menerus dilanda persoalan kemiskinan. Meski beragam program pengentasan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya belum memuaskan. Jumlah penduduk miskin dan pengangguran dari tahun ke tahun seakan-akan tak pernah berkurang secara signifikan.

Cita-cita kemerdekaan seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yang salah satunya "memajukan kesejahteraan umum" masih jauh panggang dari api. Meski negeri ini telah bebas dari penjajahan bersenjata, namun penjajahan "non-senjata" masih membelenggu negeri ini. Sumber-sumber perekonomian banyak dieksploitasi oleh para pemodal, baik pemodal dari dalam maupun luar negeri. Akibatnya, negara dirugikan dan rakyat dimiskinkan.

Bila menilik atas apa yang terjadi dalam keluarga kameni, maka kemerdekaan tentu belum sepenuhnya dimiliki oleh kameni sebagaimana yang di ungkapkan mujiono “sebenarnya kemerdekaan yang seperti apa, kalau yang terjadi seperti keluarga kameni” jelas mujiono sambil bertanya-tanya arti kemerdekaan yang sampai hari ini sudah 64 tahun diperingati disetiap tahunya.

Menanggapi atas kondisi kameni sebenarnya pemerintah desa sudah pernah menyinggung pemerintah dan mengajukan bantuan untuk keluarga yang tingkat kesejahteraanya sama atau bahkan lebih menderita daripada keluarga kameni. “sebenarnya pemerintah desa perah mengajukan ke pemerintah kabupaten, namun belum ada tanggapan balik” terang mujiono.

Untuk sementara kameni sudah dilibatkan dalam kelompok Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wonoyoso desa tanggung sebagaimana yang diungkapakan agus utomo selaku ketua LMDH setempat “saat ini kameni dilibatkan dalam anggota kelompok desa LMDH, namun demikian lahan disekitar bukit budek sangat tandus jadi masih perlu waktu untuk mengolah lahan untuk menjadi lahan produktif” jelas agus. Agus menambahkan “saat ini kameni juga dijadikan juru kunci pemakaman didesa setempat” tambah agus.

Yang diharapkan adalah bagaimana kemerdekaan ini dimaknai sebagai merdeka dari segala bentuk ketidakadilan tanpa melupakan nasib kaum tertindas. Seharusnya pemerintah memberikan pemberdayaan kepada warganya baik dalam bentuk ekonomi, sosial maupun budaya untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya. Seagaimana yang di ungkapkan agus “sedapat mungkin keluarga yang tidak mampu mendapatkan pemberdayaan bagi keluarganya” tegas agus.