<$Setiap Orang Berhak Menentukan Nasibnya Sendiri$>
Pesantren Daruttaibin Gelar Pelatihan Jurnalistik
Pondok pesantren Al-Islami Assalafi Daruttaibin, Campurdarat melakukan kegiatan alternatif dalam mengisi kegatan pondok Ramadan. Para santri biasanya hanya diajari ngaji kitab kuning dan sorokan alquran. Tetapi, kemarin (23/08) sebanyak 30 santri putra dan putri mengikuti Pelatihan jurnalitik. Pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan kerjabareng Pondok Pesantren Al-Islami Assalafi Daruttaibi dengan Radar Tulungagung dilaksanakan sekitar pukul 10.00 sampai 12.00 wib. Pelatihan ini diawali dengan sambutan ketua panitia dan dilanjutkan sambutan pengasuh sekaligus membuka kegiatan yang di sampaikan langsung oleh beliau KH. Moh. Damanhuri Risya. setelah acara pembukaan disepenuhnya diserahkan kepada pemateri. Dalam Pelatihan tersebut, Redaktur Radar Tulungagung Aris Hariyanto memberikan beberapa materi. Diantaranya, menulis berita, tipe-tipe wartawan, dan bagaimana teknik wawancara. Aris menyebutkan, seorang wartawan selain dituntut bisa membuat berita menarik, juga harus menyajikan berita esklusif. Dan untuk bisa mencari berita-berita esklusif, seorang wartawan harus mempunyai jaringan, serta mempunyai ide-ide yang berbeda dengan wartawan lain. Diklat yang berlangsung dua jam ini, terjadi proses dialog yang cukup gayeng. Begitu, Aris Hariyanto memberikan waktu untuk bertanya, para santri sangat antusias bertanya. Para santri sebagian besar bertanya tentang bagaimana menjadi wartawan yang professional. Selain itu, mereka juga bertanya bagaimana mendapatkan engel menarik, ketika usai wawancara dari lapangan. “Terkadang, seorang wartawan sudah wawancara banyak, tapi begitu masuk ke kantor, dia kesulitan menulis, bagaimana cara menghindari hal tersebut?,” Tanya salah satu santri. Mendapat jawaban tersebut, Aris menyatakan, di jawa pos ada rukun iman jawa pos. diantaranya, ketokohan, kedekatan, terkini atau paling gress. “Dan wartawan harus mencari, mana yang menarik,” katanya. Aris juga menjelaskan, seorang wartawan harus dituntut berani dalam mengungkap sebuah fakta yang terkadang tidak terungkap dalam kenyataan. “Seorang wartawan boleh bersimpatik, tapi jangan sampai terbawa emosi,” katanya. Aris menambahkan, seorang jurnalis diharapkan independent. Meski terkadang, independent tersebut sangat sulit. “Kita harus melihat situasi dan kondisi, contohnya, ketika Negara kita diserang, maka seorang jurnalis bisa menulis sesuai keinginan Negara,”ujarnya. Sementara itu, Ketua panitia pelatihan Jurnalistik Pesantren Assalafi Daruttaibin, Ahmad Safi’I menyatakan, latar belakang diadakan diklat jurnalistik ini adalah agar eksistensi para santri semakin eksis. Sebab, tidak jarang para santri dianggap sebelah mata dalam eksistensi di masyarakat. Karena itu dengan kegiatan pelatihan jurnalistik, maka para santri bisa menambah wawasan. Sehingga meningkatkan kapasitas santri dan mengkoordinasikan dengan pihak yang berkepentingan dalam proses pembelajaran. Kedua, santri semakin aktif dan partisipatif dalam pengembangan media jurnalistik di pesantren. “Kami berharap setelah diklat ini mereka bisa mengisi majalah dinding sebagai mengembangkan sarana pesantren,” katanya. |
Satu lagi, Buruh Migrant Menjadi Korban Kekejaman Majikan
Kabar duka kembali menimpa pahlawan devisa asal Tulungagung. Indri Mulyati, 28, dilaporkan tewas di Sarqiah, Al-Jubeil, Arab Saudi. Buruh Migrant Permpuan warga Dusun Salam, Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, itu diduga tewas karena dihajar majikannya bernama Hamat Aedh Al Syamri. Indri Mulyati, warga Dusun Salam, Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, Tulungagung, dikabarkan tewas saat di Arab Saudi. Wanita 28 tahun itu meninggal akibat mengalami kekerasan sang majikan. Kabar kematian Indri Mulyati membuat Suryanto (suaminya) menjadi syok. Saat ditemui di rumahnya di Dusun Salam, Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, kondisi pria bertubuh kurus itu memprihatinkan. Dia mengalami tekanan mental (depresi). Ayah dari Rahma Maulida itu juga sakit. Suryanto mengaku terpukul dengan kabar kematian perempuan yang dinikahinya pada 2003 itu. Apalagi, kematian istrinya diduga karena kekerasan yang dilakukan majikan. Punggung perempuan kelahiran Ponggok, Kabupaten Blitar itu dipukul kayu oleh majikan yang berada Sarqiah, Al Jubail, Arab Saudi. “Saya menerima kabar tentang istri saya sekitar pukul 10.00 kemarin. Yakni ditelepon oleh rekan kerja istri saya sesama TKW dari Jawa Barat,” ucap Suryanto dengan nada terbata-bata. Suryanto menuturkan, dalam telepon, TKW asal Jawa Barat tersebut memastikan apakah benar memiliki istri bernama Ani yang bekerja di Sarqiah, Al Jubail, Arab Saudi. “Awalnya saya bilang tidak. Karena dia bilang istri saya bernama Ani bukan Indri Mulyati. Tapi setelah dia menerangkan bahwa Ani memiliki suami bernama Suryanto, warga Dusun Salam, Desa Notorejo, langsung saya benarkan informasi tersebut” ucapnya. Mendapat kabar itu, dirinya langsung lemas. Apalagi TKW asal Jawa Barat itu memberi keterangan bahwa istrinya tewas karena bentrok dengan majikannya bernama Hamat Aedh Al Syamri. Majikan tersebut memukulkan kayu ke punggung istrinya. “Wah saya nggak kuat mikir, istri saya tewas disebabkan hal yang saya kurang tahu. Pasalnya, semua itu berdasarkan telepon. Pokoknya saya hanya meminta agar istri saya dipulangkan ke sini baik hidup atau mati,” katanya dengan menunjukkan foto istrinya. Suryanto melanjutkan, berdasarkan informasi yang dia terima, istrinya tewas pada hari Rabu 19 Agustus lalu. Namun, informasi itu baru dia terima pada 24 Agustus. “Mendapatkan kabar itu, langsung saya laporkan ke kepala desa. Setelah dicek kepala desa, ternyata informasi itu benar,” terang Suryanto. Masih menurut Suryanto, istrinya berada di Arab Saudi sekitar 3 bulan 20 hari. “Dia berangkat dari Tulungagung ke Arab pada 9 Juli. Bahkan dia minta doa kepada saya agar segera dapat kirim uang,” katanya. Suryanto menambahkan, sebelum diterimanya kabar tersebut dia sempat mendapatkan firasat melalui mimpi. Dalam mimpi, dirinya salat berjamaah dengan istrinya di Mekkah. “Dalam mimpi saya, tiba-tiba dia menghilang di balik padang pasir,” ujarnya. Orang tua Suryanto bernama Jarlah, 55, mengatakan, pihaknya juga sudah koordinasi dengan Agen Jasa Penyedia Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang memberangkatkan Indri Mulyati. Perwakilan PJTKI berada di Desa Pakel, Kecamatan Ngantru. “Kami sudah melaporkan kepada PJTKI. Katanya semuanya akan ditanggung oleh pihak Arab Saudi. Nantinya juga mendapatkan santunan Rp 1 juta,” kata Jarlah sambil menitihkan air mata. Jarlah mengatakan, dirinya berharap agar pemerintah ikut menyelesaikan masalah ini. “Kami orang desa, nggak ngerti masalah ngurus-ngurus hal itu,” kata Jarlah. Begitu sayang Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertras) Tulungagung belum merespon mengenai hal tersebut. (Tri_RaTu agustus 2009) |